Kutitip Rindu Ini
Hari berganti hari,
waktu berjalan begitu cepat.
Banyak momen yang telah terukir
bagi setiap insan di muka bumi.
Momen manis yang meninggalkan gurat senyum,
dan pahit yang meninggalkan pilu. . .
Dia,
seorang anak manusia. . .
Tak banyak yang bisa dilakukan.
Beragam kisah yang telah dilalui,
ia hanya mampu mengikuti skenario yang sedang Tuhan jalankan.
Melawan?
Tidak!
Perjumpaan
dengan beragam karakter unik anak manusia telah ia alami.
Salah satu perjumpaan baginya,
bercengkerama dengan anak manusia lain.
Tidak butuh waktu lama. . .
Ia seakan-akan telah mengenal jauh.
Meski ia dan anak manusia itu
belum diizinkan semesta untuk berjumpa.
Saat momen tertentu,
mereka saling melempar isi pikiran yang terkadang sejalan,
terkadang tak sepemikiran.
Perbedaan itu memang indah,
menciptakan spektrum warna yang mengesankan bagai pelangi.
Kini,
pelangi itu memudar. . .
Ia tampak tidak bahagia atas hal itu.
Anak manusia yang ia kenal sudah lenyap,
tergerus oleh sang waktu.
"Tuhan, izinkan daku menitip salam rindu padanya. Meski waktu tak selalu bersahabat, daku yakin hari itu akan datang."
Dikau, rindu. . .
yang tak bertuan,
dan tak pula berbalas.
Komentar
Posting Komentar