Langsung ke konten utama

Postingan

HUJAN

Hujanku ! Saat kupandangi langit, langit itu kelabu. . . gelap. . . namun tak ada gemuruh yang mengiringi. Setelah sekian waktu bergulir, ku menunggu saat-saat ini. . . Mega tak mampu menahan beban yang sudah ia tampung. Air ! Mega terlihat mengelabu, bahkan sedikit menghitam, saat menumpahkan berjuta liter sumber kehidupan yang telah dinantikan oleh manusia-manusia di bawah sana. Perasaan senang, bahagia. . . nyaman. . . tenang. . . dan menyejukkan. Namun juga ada yang tak senang dengan suasana seperti ini. Apakah aneh? Apakah hujan salah? Memandangi rintikan itu melalui jalan sirkulasi udara di kamar. Pikiran memang tenang saat memandangi rintikan air hujan. Tetapi. . . Terbesit rasa keingintahuan padanya, dia sang pecinta senjaku! Apakah kau senang? Bila senja yang selalu kau pandangi, tertutup oleh mega yang mengelabu? Meski ruang menjadi batasan kita, apakah kau akan berusaha untuk membuat ruang itu semakin kecil? Ataukah kau akan tetap berdiam diri, berdiam di tapal batas? Huja

DEUTSCH IST EINFACH? ODER SCHWIERIG?

Kenapa sih kuliah di jurusan Sastra Jerman? Bukannya susah ya Bahasa Jerman itu? Well , boleh dong ya kita sedikit bernostalgia kembali pada jaman SMA dahulu kala, hehehe. Saat masih bersekolah di SMA, sekolah yang kukenyam itu memiliki mata pelajaran dengan muatan lokal bahasa asing. Bahasa asing itu tiada lain adalah Bahasa Jerman. Kurikulum yang digunakan pada saat itu, masih mewajibkan kepada seluruh siswa kelas 10 hingga kelas 12 untuk mempelajari Bahasa Jerman. Di sekolahku, terdapat dua guru yang mengajar Bahasa Jerman. Beliau adalah Frau Ratna Indah Kartikawati yang mana menjadi guru Bahasa Jermanku selama di kelas 10 dan kelas 12. Lalu yang satu lagi, beliau bernama Frau Lia Affilianti. Frau Lia hanya menjadi guru Bahasa Jermanku di kelas 11. Pada mulanya, aku benar-benar buta, benar-benar kesulitan memahami setiap materi yang diberikan oleh kedua Frauku ini. Sampai-sampai aku pun perlu meminta bantuan teman yang dianggap lebih mampu dariku dalam memaham